BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal
ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan
hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan
terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, maka penting
bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan
kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti
perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal
atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
·
Bagaimana
sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di negara Australia?
·
Bagaimana
sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di negara Selandia
Baru?
·
Bagaimana
sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di negara Kanada?
1.3 Tujuan
- Mempelajari dan memahami
sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam
lingkup nasional dan internasional.
- Mempelajari dan memahami
sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam
lingkup Internasional khususnya di negara Australia, Selandia Baru, dan
Kanada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Australia
A. Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah
pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan
latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum di kenal sebagai
bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia dimulai pada tahun 1862.
Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan Diploma
Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus
perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar wanita yang
melahirkan tidak di rawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan
seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan
cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka
dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka
atau pada komunitas yang terbatas.
Pada dasarnya Australia sudah
pada titik perubahan terbesar pada pendidikan kebidanan, sistem ini menunjukkan
bahwa seorang bidan adalah seorang perawat yang teregistrasi dengan kualifikasi
kebidanan. Konsekuensinya, banyak bidan-bidan yang telah mengikuti pelatihan di
Amerika dan Eropa tidak dapat mendasar tanpa pelatihan perawatan. Siswa-siswa
yang mengikuti pelatihan kebidanan pertama kali harus terdafatar sebagai
perawat.
Kebidanan swasta di Australia
berada pada titik awal kritis pada tahun 1990 berjuang untuk bertahan pada
waktu perubahan besar. Profesi keperawatan di Australia menolak hak bidan
sebagai identitas profesi yang terpisah. Dengan kekuatan penuh, bidan-bidan
yang sedikit militan tersupport untuk mencapai kembali hak-hak wewenang mereka
dalam melakukan pertolongan persalinan.
Pendidikan kebidanan di
Australia terpengaruh oleh model kolonialisme Inggris terhadap penerimaan
pendidikan perawat. Tidak ada perawat tanpa kebidanan dan kebidanan tanpa
keperawatan.
Mulai tahun 1990 ada kebidanan
direct entry dimana memisahkan pendidikan kebidanan dan keperawatan. Pendidikan
bidan di Australia dimulai dengan Basic perawat ditambah 2 tahun.
Sejak tahun 2000 telah dibuka
University of Technology of Sidney yaitu S2 (Doctor of Midwifery).Florence
Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan
tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum di
kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia dimulai
pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengethuan teori dan praktek.
Pendidikan Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan
sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian
besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat.
Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi
berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah
dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena
pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di
Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana
layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi
seorang perawat dan program pendidikan serta prakteknya banyak di buka di
beberapa tempat dan umumnya dibuka atau disediakan oleh Non Bidan.
B. Pendidikan bidan di Australia
Kebidanan di Australia telah
mengalami perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar
pendidikan telah berubah dari traditional hospital base programme menjadi
tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat.
Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan
perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi
pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan
pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan. Kekurangan yang
dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan
pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi
mengenai pengimplementasian kurikulum pada masing-masing institusi, sehingga
lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada
institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal
dan tidak adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education
1994, tidak ada direct entry.
Pada tahun 1913 sebanyak 30%
persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang
menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940, tidak ada penurunan yang
berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yang selalu disalahkan akan hal
itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang di tangani oleh dokter
dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita
miskin yang di tangani oleh Bidan.
Masalah Profesional
Tugas pertama yang sulit
adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika
latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan
sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit sebagai pusat
pelayanan kesehatan untuk daerah sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan
rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang lebih
menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi situasi itu
berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan kepemimpinan
bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan pertama dan
penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu sangat penting
untuk peningkatan profesi kebidanan.
Kita tahu di beberapa negara mengkombinasikan
keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal itu terjadi di
pulau kecil. Pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar
internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu
2.2
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Selandia Baru
Di
selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan sejak 1904
tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah
secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya hospitalisasi dan medikalisasi
dalam persalinan. Dari tenaga yang bekerja dengan otonomi penuh dalam
persalinan normal di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi asisten
dokter. Dari bekerja di masyarakat bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit
area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas.
Kehamilan dan persalinan menjadi terpisah. Dalam hal ini bidan kehilangan
pandangannya bahwa persalinan adalah kejadian normal dalam kehidupan dan peran
mereka sebagai pendamping kejadian tersebut. Selain itu bidan menjadi ahli
dalam memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh
medis.
Di
Selandia baru para wanitalah yang berusaha melawan model asuhan persalinan
tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang
berada disamping mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah
kelahiran bayi. Mereka menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk
menolong persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa persalinan
adalah proses yang normal. Wanita – wanita di selandia baru ingin mengembalikan
kontrol dalam diri mereka, dan menempatkan diri mereka sebagai pusat kejadian
tersebut, bukan obyek dari medikalisasi.
Pada
era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan kembali otonomi
bidan dan sama – sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa kebijakan politik
yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik bidan.
Sebagian besar bidan di selandia baru mulai memilih untuk bekerja secara
independen dengan tanggungjawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam
lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas telah
berubah secara dramatis. Saat ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari
kehamilan sampai nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan
pada persalinan di rumah. Sekarang disamping dokter, 63% wanita memilih bidan
sebagai salah satunya perawat maternitas, dan hal ini terus meningkat. Ada
suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan
maternitas.
Model
kebidanan yang digunakan di Selandia baru adalah partnershiip antara bidan dan
wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya serta wanita
dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan –
harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah
komunikasi dan negoisasi.
2.3
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Kanada
Ontario
adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan
setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan berakibat pada
meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru, wanitalah
yang menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan dan keputusan
yang dibuat.
Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan yang normal. Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan canada sama – sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan.
Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan yang normal. Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan canada sama – sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan.
Dalam
membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan canada membuat
suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan – bidan untuk registrasi. Keduanya
memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam perawatan
maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di kedua negara tersebut tidak keluar
dari jalur yang telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan yang bekerja dengan otonomi
penuh dalam lingkup persalinan normal, atau pelayanan maternitas primer. Bidan
bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetri bila terjadi komplikasi pada ibu
serta bayi memerlukan bantuan dari pelayanan maternitas sekunder. Bidan di
kedua negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja
di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit maternitas.
Selandia baru dan canada menerapkan program direct entry selama 3 tahun dalam pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan sedangkan di canada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberikan dukungan kepada wanita untuk mengontrol persalinannya sendiri. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu program direct entry lebih diutamakan.
Selandia baru dan canada menerapkan program direct entry selama 3 tahun dalam pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan sedangkan di canada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberikan dukungan kepada wanita untuk mengontrol persalinannya sendiri. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu program direct entry lebih diutamakan.
Kedua
negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori dan
magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori dasar yaitu
pembelajaran teori dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori
dasar, yang akan melahirkan bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya
sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan
berfikir kritis tentang praktik. Dilengkapi dengan belajar magang, dimana
mahasiswa bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam waktu
yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses
pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja dengan 1 bidan, sehingga mereka tidak
akan dikacaukan dengan bermacam – macam model praktik. Mahasiswa bidan juga
akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari :
partnership antara wanita dan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan,
mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara
program kebidanan dengan profesi kebidanan, serta program kebidanan dengan
wanita.
Partnership
ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak
bidan – bidan yang dapat bekerja secara otonom sebagai pemberi asuhan
maternitas primer. Selandia baru dan canada telah sukses dalam menghidupkan
kembali status bidan dan status wanita. Keselarasan antara pendidikan bidan dan
ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian penting dari sukses tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada
awalnya seorang bidan adalah seorang perawat yang teregistrasi dengan
kualifikasi kebidanan. Tapi lama kelamaan bidan terpisah dengan perawat. Di
Autralia bidan bekerja tidak sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana
layaknya seorang bidan. Sama halnya dengan di Selandia Baru dan Kanada, mereka
yang ada disana menginginkan seorang bidan
yang percaya pada kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa
intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah proses yang
normal.
Dasar
pendidikan yang di pakai di Australia telah berubah dari traditional hospital
base programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan
pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di
Australia telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram
pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun
oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan
kebidanan. Sedangkan di Selandia Baru dan Kanada keduanya menggunakan model
kebidanan partnershiip antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan,
keterampilan dan pengalamannya serta wanita dengan pengetahuan tentang
kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan – harapan terhadap kehamilan
dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negoisasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-pelayanan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar